Historiografi Syariat Islam atau Kebudayaan Islam?

             
           Historiografi merupakan dua kata yang disusun menjadi satu dari kata "histori" dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya; "sejarah" dan kata grafi dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya; "metode menulis atau membuat gambar dengan cara atau teknik tertentu". Sejarah dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa lampau. Metode Penyusunan sejarah mengikuti fokus pada peristiwa utama yang akan disampaikan oleh penulis sejarah sebagai kajian utama. Jika kajian utama sejarah kebudayaan Islam, maka harus menulis perubahan sosial masyarakat tertentu sebelum dan sesudah adanya agama Islam. 

             Runtutan yang dibuat seharusnya berupa sosiologi penduduk jazirah arab dari kebudayaan sebelum islam hingga kebudayaan setelah kehadiran islam dari berbagai bidang ; pendidikan, sastra, ekonomi, adat istiadat, kepercayaan, geopolitik, ilmu pengetahuan, geografis dll. Sejarah kebudayaan Islam kebanyakan menceritakan profil sosok Nabi Muhammad saw, Abu Bakar Asshidiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Sejarawan lebih fokus pada peristiwa perang dibandingkan upaya pemberantasan buta aksara arab dari masa kenabian hingga masa kekhalifahan. Pemberantasan buta aksara oleh Nabi Muhammad saw serta empat sahabatnya untuk menjaga kemurnian Al Qur'an hingga melahirkan ilmu gramatika bahasa arab dan evolusi aksara arab dari masa ke masa. 

             Historiografi sejarah Islam sebenarnya untuk memahami syariat islam dalam Al Qur'an yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw seperti firman Allah SWT :

وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ
(An Najm 53:3)  : dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.

إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌ يُوحَىٰ
(An Najm 53:4) 
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

           Para sejarawan islam lebih memilih fokus biografi Nabi Muhammad saw dengan judul "siroh nabawiyah" (sejarah Kenabian) seperti kitab maulid al barjanzi , nurul yaqin dan sebagainya. Sosok Nabi Muhammad saw merupakan penjelas firman Allah SWT (Al Qur'an) secara visual dari perkataan & perbuatan untuk memahami kandungan Al Qur'an.  Perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad saw dikenal dengan sebutan sunnah seperti firman Allah SWT :

بِٱلْبَيِّنَٰتِ وَٱلزُّبُرِ ۗ وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
(An Nahl 16:44)  : keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,

             Para pakar syariat islam menganggap perlu meneliti perbuatan & perkataan sahabat Nabi Muhammad saw. Menganggap sahabat Nabi Muhammad saw sebagai panutan setelah wafatnya Nabi Muhammad saw seperti hadist nomor 42 dalam kitab sunan Ibnu Majah halaman 15 jilid 1 :

عَلَيْكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، وَسَتَرَوْنَ مِنْ بَعْدِي اخْتِلَافًا شَدِيدًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي، وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْأُمُورَ الْمُحْدَثَاتِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

artinya ; Tetaplah kalian untuk bertakwa pada Allah SWT, Dengarkan & Patuhilah seandainya dia budak suku habasyah. Setelah (kematian) ku, kalian akan melihat pertentangan yang hebat maka berpegang teguhlah pada sunnah ku dan sunnah para khalifah yang memberi petunjuk & diberi hidayah  (Abu Bakar As Shidiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan & Ali Bin Abi Thalib). Gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. Dan berhati-hatilah pada beberapa prihal baru (dalam Syariat, hukum Islam). Sungguh Setiap perkara baru (dalam Syariat, hukum Islam) merupakan kesesatan.

            Hadist Shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam kitab Musnad Abu Daud, menjelaskan khulafa ar rasyiddin al muhdiyin sebagai berikut :

١٢٠٣ - حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ قَالَ: حَدَّثَنَا الْحَشْرَجُ بْنُ نُبَاتَةَ، قَالَ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ جُمْهَانَ، قَالَ: حَدَّثَنِي سَفِينَةُ، قَالَ خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «الْخِلَافَةُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ يَكُونُ مُلْكٌ» [ص: ٤٣١] ثُمَّ قَالَ سَفِينَةُ: أَمْسِكْ، خِلَافَةُ أَبِي بَكْرٍ وَخِلَافَةُ عُمَرَ ثِنْتَا عَشْرَةَ سَنَةً وَسِتَّةُ أَشْهُرٍ وَخِلَافَةُ عُثْمَانَ ثِنْتَا عَشْرَةَ سَنَةً وَسِتَّةُ أَشْهُرٍ ثُمَّ خِلَافَةُ 
عَلِيٍّ تَكْمِلَةُ الثَّلَاثِينَ قُلْتُ: فَمُعَاوِيَةُ؟ قَالَ: كَانَ أَوَّلَ الْمُلُوك

Artinya : "Safiinah bercerita Khotbah Rosululloh SAW kepada kami lalu berkata : Khilafah di masa Umat Ku (berlangsung) 30 (tiga puluh) tahun kemudian menjadi kerajaan atau dinasti. Safinah berkata :  hayati sejenak, Khilafah masa Abu Bakar dan Umar Bin Khatab selama 12 (dua belas) tahun 6 (enam) bulan, Khilafah Usman Bin Affan 12 (dua belas) tahun 6 (enam) bulan kemudian Khilafah Ali Bin Abi Thalib (selama 5 tahun) menyempurnakan hitungan tiga puluh tahun. Aku (Said Bin Jumhan) berkata : Lalu Muawiyah?. Safinah menjawab : Khilafah Muawiyah menjadi awal Kerajaan atau Dinasti.

          Setelah Al Qur'an dan sunnah/ hadist,  ada atsar (perkataan & perbuatan) para sahabat. Sahabat Nabi Muhammad saw adalah orang beriman dan berislam serta bertemu Nabi Muhammad saw secara fisik bukan lewat mimpi walaupun pertemuannya hanya sebentar atau di usia bayi. 

           Setelah masa para pembesar sahabat, para sahabat kecil dan para tabiin (pengikut sahabat). Para sahabat kecil & para tabiinnya kerap disebut sebagai Ulama Salaf Sholeh dalam kitab fiqh maupun kitab tauhid karena hidup pada kurun (abad) pertama hijriah (100 Tahun Pertama setelah Nabi Muhammad saw hijrah ke kota Yatsrib; Madinah)

            Setelah masa Ulama Salaf Sholeh, Jumhurul Ulama adalah Ulama mujtahid yang hasil ijtihadnya ditulis kemudian disebar-luaskan oleh para santri-santrinya seperti Imam Abu hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam ahmad dll. Periode ini berakhir pada Kurun (Abad) ke tiga hijriah.

         Setelah periode Jumhurul Ulama, ulama pengikut mazhab; tartib, tahdzib, ikhtiar & tarjih dari awal abad ke empat hingga runtuhnya dinasti habasyah.

          Dari runtuhnya baghdad, masuklah kurun (abad) taklid murni hingga kini.

      
Jangan lupa klik tombol pengikut :

Jawab pertanyaan berikut :

 "apa pendapat mu tentang artikel di atas?" 

"apa paham maksud/ tujuan mempelajari sejarah kebudayaan islam?"
        
isi di kolom komentar

Posting Komentar

1 Komentar

Anonim mengatakan…
Halo